desa wisata slurah beralamatkan di kec wonotunggal batang, deasa di ujung selatan kab batang ini menyimpan keindahan yang menakjubkan, dari kuliner, tradisi, dan wisata alam salah satunya
kita disini akan mperkenalkan keindahan desa silura, dari segi wisata
1. ARCA GANESHA
Visit Batang "an Old District Land Javanese Culture"
Anda
diperbolehkan mengutip atau mengambil informasi dari blog ini dengan
tetap mencantumkan alamat kami http://batanggallery.or.id
Ganesha Silurah terletak di tengah hutan diantara bukit dan sungai kecil
(koordinat -7.081569,109.757944). Untuk mencapai objek dari Silurah
Wonotunggal harus melewati hutan pinus yang keadaan jalannya tidak
terlelu bagus dan beberapa sangat sulit dijangkau sepeda motor biasa.
Motor akan berhenti di tempat parkir yang cukup untuk parkir beberapa
sepeda motor. Dari parkiran sepeda motor akan dilanjutkan jalan kaki
sekitar 1 km. Sebenarnya tidak terlalu jauh akan tetapi medan terlalu
curam dan licin sehingga akan terasa lama.
Jika telah mendekati sungai maka ganesha tidak jauh dari sungai itu.
Arca Ganesha
Arca Ganesha
Kawasan Ganesha
Fragmen Arca
Wadah Peripih
Yoni
Batu Bulat seperti bantalan
Arca Siwa
2. AIR TERJIN BIDADARI
Curug Bidadari, atau biasa disebut curug Batu Dinding Kolam Lima, karena
di sekitar air terjun ini terdapat lima ceruk aliran air yang
menyerupai kolam renang, yang sering digunakan untuk mandi dan berenang,
mulai yang dangkal sampai yang kedalamannya belum terukur. Dan juga
disisi kanan kirinya terdapat batu tebing yang tinggi menjulang.
Dan memang kelebihan dari curug ini adalah untuk berenang, karena jika
dilihat dari ketinggian air terjunnya tidak begitu tinggi jika
dibandingkan dengan curug-curug pada umumnya, tapi wanawisata ini memang
tidak sekedar untuk dilihat pemandangannya saja, tapi untuk dinikmati
kesegaran dan kejernihan airnya. Yaitu pengunjung kurang afdol kalo
datang kesini tidak menikmati serunya berenang dikolam alam ini.
Secara geografis dan administratif curug ini masuk dalam wilayah
Pekalongan, tepatnya di desa Purbo Jolotigo, kecamatan Talun, kabupaten
Pekalongan. Karena setelah kita menyeberangi sungai, di sepanjang jalur
tersebut sampai di titik air terjun, kita berada di sisi sebelah kanan
sungai yang artinya kita sudah berada di wilayah kabupaten Pekalongan.
Tetapi karena pintu masuk ke lokasi wisata ini dari desa Silurah,
kecamatan Wonotunggal, kabupaten Batang dan dikelola oleh warga setempat
jadi curug ini lebih populer disebut curug Bidadari Batang.
Bisa dimaklumi setiap batas administrasi suatu daerah memang biasanya
menggunakan sungai sebagai patok batasnya, dan air terjun memang
lokasinya pasti disungai. Jadi sah-sah saja jika suatu lokasi air terjun
masuk kedalam dua wilayah admisistrasi yang berbeda.
Dan terlepas dari masalah batas wilayah, saya disini tidak untuk
membahas masalah itu, tapi untuk menganjak temen-temen bertualang
menikmati kesegaran berenang di curug Bidadari.
Yuukk kita mulai perjalanannya...
Untuk menuju lokasi wisata ini jika dari arah pantura jika dari barat
setelah melewati kota Pekalongan, tepatnya di Perempatan Grogolan, kita
ambil kanan kearah selatan menuju pasar Warung Asem.
Jika kita dari arah timur setelah sampai di alun-alun Batang kita bisa ambil kiri kearah selatan menuju pasar Warung Asem.
Dari Warung Asem kita masih lurus terus ke selatan sampai di pasar
Pandan Sari (Ndansari), dari sini kita bisa lurus via jalur Wonotunggal
lewat jalan raya Bandar atau belok ke kanan via jalur Talun lewat jalur
alternatif.
Di sepanjang jalan setiap persimpangan jalan banyak plang petunjuk arah
jadi jangan takut tersesat alias nyasar, atau kalau ingin aman, tanyakan
saja pada penduduk setempat insya'Allah semua pasti tau. Yang
terpenting patokannya tujuan kita adalah desa Silurah, kecamatan
Wonotunggal, kabupaten Batang.
Karena pintu masuk lokasi wisata ini dari desa Silurah.
Karena rumah saya
di dukuh Kedolon, desa Jrebeng Kembang, kec. Karangdadap, kab.
Pekalongan, jadi start perjalanan dimulai dari sini.
Jika kita melewati jalur Talun, kita akan menemui banyak plang petunjuk jalan, ambil ke arah Bandar.
Jika kita sudah melewati gerbang desa Sodong berarti sekitar 5km lagi kita akan sampai di desa Silurah.
Keadaan jalan dengan aspal mulus
Gerbang desa Silurah
Kalau kita sudah memasuki gerbang desa Silurah, sekitar 2 km kita akan
menjumpai gang di sebelah kanan jalan, dengan gapura bertuliskan "Situs
Sejarah Patung Ganesha, dan air terjun Kalirogno"
Air terjun yang tertera memang bukan curug Bidadari, tapi curug
Kalirogno karena memang yang ditemukan lebih dulu curug Kalirogno.
Setelah itu kita memasuki gang tersebut sekitar 1 km dengan jalan yang
agak rusak kita akan nenemui pertigaan lokasi wisata dengan papan
Selamat Datang.
Jika dihitung total waktu tempuh dari pantura sampai disini, memakan
waktu sekitar 2 jam perjalanan. Mengendarai sepeda motor dengan
kecepatan sedang (±50km/jam).
Gapura menuju lokasi wisata
Narziss duloe...
Pertigaan menuju patung Ganesha dan air terjun, disini para pengunjung dipungut tiket masuk.
Tiket masuk, harga tiket Rp 5000/motor sudah termasuk parkir dan tiket masuk untuk dua orang.
Papan selamat datang
Dari papan Selamat Datang ini kita masuk jalan berbatu menyusuri hutan
pinus dan hutan kopi sekitar 10 menit. Barulah kita akan sampai di area
parkir, di area parkir ini sebagai titik awal jalur setapak menuju air
terjun. Disini juga terdapat warung-warung yang menjajakan makanan dan
minuman.
Jalan berbatu menuju area parkir
Seperti biasa, gak lupa tetep eksiZz... :p
Area parkir, foto diambil saat pertama masuk area parkir ujung timur
Deretan motor yang terparkir, foto diambil dari ujung bagian barat
Deretan motor dengan background warung-warung jajanan
Istirahat dulu di warung
Jam operasional
Dari area parkir perjalanan dilanjutkan menyusuri jalan setapak yang
menuruni punggunggungan. Turunan yang terjal ini jika perjalanan kembali
akan menjadi tanjakan yang menguras tenaga, jadi persiapkan fisik yang
fit dan sebugar mungkin.
Setelah menuruni jalur sekitar 10 menit kita akan bertemu sungai kecil.
Mungkin aliran sungai ini di atasnya terdapat curug Kalirogno, tapi
menurut pemikiran saya, aliran airnya saja sekecil ini, bisa kebayang
bagaimana air terjunnya, jadi untuk perjalanan kali ini kami putuskan
untuk menuju curug Bidadari saja.
Awal treking
Jalur setapak melintas ditengah hutan
Sungai pertama yang harus diseberangi
Setelah melewati sungai kecil, kita akan menjumpai plang petunjuk arah,
antara ke kiri ke curug Kalirogno dan ke kanan ke curug Bidadari.
Dan dari plang ini juga situs bersejarah Patung Ganesha sudah terlihat.
Plang petunjuk, jika kekiri ke curug Kalirogno, jika kekanan ke curug Bidadari, nampak background patung Ganesha
Situs sejarah purbakala, patung Ganesha
Dari patung Ganesha perjalanan dilanjutkan tetap menyusuri jalan setapak
melewati jalan datar lalu menyeberangi sungai besar, dan sungai inilah
yang diatasnya terdapat curug Bidadari.
Jadi setelah menyeberang sungai ini, jalurnya cenderung melipir punggungan mengikuti kelok aliran sungai ini.
Sungai kedua yang harus diseberangi
Menyeberangi sungai, jika musim penghujan tentu debit airnya akan lebih besar, jadi harus hati-hati.
Setelah menyeberangi sungai ini, sebenarnya kita telah memasuki wilayah Pekalongan.
Setelah menyeberangi sungai, ada plang petunjuk arah
Keadaan hutan yg masih asri, karena sejak melewati gapura kita tidak melewati pemukiman penduduk
Jalur yang jelas
dan bersih, karena banyak para pemanen bambu yang selalu membersihkan
jalur jika ada ranting yang melintang dijalur.
Setelah melewati sungai kedua, jalur cenderung datar karena melipir mengikuti aliran sungai.
Tetep kompak saat berjalan, foto diambil saat perjalanan pulang
Sepanjang jalur menuju curug Bidadari vegetasi didominasi tumbuhan
perkebunan, seperti karet, cengkeh, kopi dan bambu. Tapi saat kita sudah
melewati hutan bambu dan sudah bertemu orang-orang yang sedang memanen
bambu, itu artinya beberapa langkah lagi kita sudah sampai di curug
Bidadari.
Setelah sempet ngobrol dengan para pekerja disana, bambu itu setelah
dipotong langsung di rajang tipis-tipis agar mudah membawanya, dan
katanya bambu tersebut akan digunakan untuk industri rumahan untuk
pembuatan tampah, ceteng (tempat nasi), capeng (topi sawah) dan
kerajinan-kerajinan anyaman lain.
Aktifitas pemanenan bambu
Setelah melewati tempat pemanenan bambu, kita langsung disuguhi aliran
sungai yang airnya sangat jernih, nampak kehijau-hijauan dan alami.
Banyak cerukan-cerukan mirip kolam renang yang biasa digunakan untuk berenang.
Total waktu tempuh dari area parkir ke curug ini sekitar 20 menit berjalan kaki.
Cerukan pertama
Cerukan berikutnya, beberapa cerukan tidak saya foto karena saking asyiknya bermain air
Dari pertama
memasuki cerukan, tidak ada jalur khusus kecuali melintas di batu dan
menyeberangi cerukan tersebut, karena sepanjang aliran air ini kiri
kanan terdapat dinding tebing.
Setelah melewati empat cerukan, kita akan sampai di cerukan utama yang
dalamnya tak terukur (nyoba nyelem tapi kaki gak nyampe2 ke dasarnya,
pokoknya dalam banget)
Dan disini bukan tempat untuk bersantai-santai dan menikmati
pemandangan, jadi jangan harap kita akan disuguhi pemandangan air yang
tercurah dari ketinggian belasan meter, atau angin yang terhembus dengan
butir-butir air yang terhempas, atau juga suara derunya air khas air
terjun pada umumnya.
Eitz... Jangan kecewa dulu, karena disini surganya buat yang hoby maen air, mandi dan berenang.
Dijamin lebih seru dan berkesan...
3.AIR TERJUN KALI ROGNO
4.WISATA ALAM RUMAH POHON KAYU BANCET
.
Pesona Alam Desa Silurah; Rumah Pohon Kayu Bancet
Wonotunggal,
Di kabupaten Batang saat ini banyak sekali dikembangkan wisata-wisata
alam di daerah dataran tinggi. Salah satunya berada di Desa Silurah,
Desa Silurah berada di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Di Desa
Silurah ada destinasi wisata baru yang patut anda kunjungi bernama Rumah
Pohon Kayu Bancet berada di Dukuh Batur Desa Silurah Kecamatan
Wonotunggal Kabupaten Batang. Saat ini akses jalan menuju Desa Silurah
sangatlah mudah karena sudah didukung dengan jalan yang mulus. Rumah
Pohon Kayu Bancet merupakan wisata alam berupa rumah pohon kayu seperti
pada umumnya namun yang menarik disini adalah akses untuk menuju area
rumah pohon ini lebih ekstrim.
Rumah Pohon Kayu bancet dapat kita tempuh sangat dekat dengan balai
desa Silurah yang hanya berjarak kurang lebih 600 meter. Bila anda akan
menuju lokasi tersebut kita akan disuguhkan dengan pemandangan
perkebunan teh di samping kiri kanan jalan. Rumah Pohon Kayu Bancet
sendiri merupakan tempat wisata alam yang dibuat dan dikembangkan oleh
penggerak pemuda di wilayah Dukuh Batur hasil kreatifitas pemuda yang
didukung ketua RW setempat.
Amir, penggerak pemuda dukuh Batur menerangkan bahwa “Dalam pembuatan
Rumah Pohon Kayu Bancet ini menghabiskan dana sekitar 6 juta yang
seluruhnya berasal dari iuran para pemuda dukuh batur”. Eko, salah satu
pengelola Rumah Pohon Kayu Bancet ini menambahkan “Dalam pengembangan
wisata dukuh batur ini pihaknya kesulitan terkait pendanaan namun ada
tawaran dari dukuh lain tetapi pemuda dukuh batur sendiri enggan untuk
menerima karena ingin dikelola sendiri dulu dan rumah pohon ini berada
diatas lahan milik perhutani namun sudah mendapat ijin dari dinas
terkait.” Imbuhnya. Pesona Alam Desa Silurah; Rumah Pohon Kayu Bancet
Bagi anda yang akan berkunjung di Rumah Pohon Kayu Bancet ini tidak
perlu kawatir untuk soal keamanan karena Rumah Pohon Kayu Bancet ini
yang memiliki ketinggian sekitar 15 meter aman untuk dinaiki 8 hingga 10
orang. Diatas rumah pohon kayu ini akan disuguhkan pesona alam yang
menawan yang masih asli serta asri dan sejuk. Dari atas kita akan bisa
melihat perkebunan teh pagilaran dan desa tombo Bandar. Untuk masuk ke
lokasi wisata alam mini anda cukup membayar parkir sebesar 2000 rupiah
karena memang belum ada tiket resmi di lokasi wisata alam tersebut.
Hingga kami melakukan penulusuran Rumah Pohon Kayu Bancet sudah 75%
dalam pengerjaannya. Harapannya di akhir bulan maret ini sudah
sepenuhnya jadi dan bisa segera dibuka untuk umum dan menjadi lokasi
wisata alam yang sejuk dan asri bagi masyarakat Batang dan sekitarnya.
(Dezta)
mantap
BalasHapusSip
BalasHapus